Candi Sukuh merupakan candi Hindu yang mempunyai kesan kesederhanaan yang mencolok bagi pengunjung. Kesan yang didapat dari candi tersebut cukup berbeda dengan yang didapat dari candi-candi lainnya di Jawa Tengah, seperti candi Prambanan dan Borobudur. Bahkan bentuk Candi Sukuh mirip dengan bangunan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya suku Inca di Amerika Selatan. Struktur candi Sukuh mengingatkan pengunjung akan bentuknya yang mirip piramida di Mesir.
Kesederhanaan kesan tersebut menarik perhatian arkeolog kenamaan Belanda W.F Stutterheim pada tahun 1930. Ia mencoba menjelaskannya dengan memberikan tiga argumen:
- Pertama, kemungkinan pematung candi Sukuh bukanlah seorang tukang batu melainkan seorang tukang kayu Persia dari desa, dan bukan dari keraton.
- Kedua, Candi Sukuh dibuat sedikit terburu-buru dan kurang rapi
- Ketiga, keadaan politik dahulu dengan runtuhnya kerajaan Majapahit yang didesak oleh kekuatan Islam Demak tidak memungkinkan untuk dibuatnya candi-candi yang besar dan megah.
Saat memasuki gerbang pintu utama akan terlihat bentuk arsitektur paling khas yang tidak tertera melainkan agak miring tegak, berbentuk trapesium dengan atap di atasnya. Batu-batu yang ada di candi berwarna agak kemerahan, karena jenis batu andesit.