Goa Maria Lawangsih terletak di perbukitan Menoreh, tepatnya di Patihombo, desa Purwosari, kecamatan Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta. Goa Lawangsih masuk ke kawasan Pelemdukuh, Paroki Santa Perawan Maria Fatima Nanggulan, Kevikepan Yogyakarta dan Keuskupan Agung Semarang.
Pada mulanya Goa Lawangsih banyak dihuni oleh kelelawar dan dimiliki oleh seorang warga bernama T. Sutikno. Kemudian disumbangkan ke gereja dan akhirnya dijadikan tempat ibadah suci oleh Pastor Ignatius Slamet Riyanto.
Goa Maria yang dibangun dengan peralatan tradisional dan bukan peralatan modern, yang merupakan suatu keajaiban. Hampir setahun umat Katolik dan warga bergotong royong menggali, membersihkan, dan membuat gua tersebut. Semua dilakukan dengan penuh semangat dan kerjasama yang baik.
Berasal dari kata gada dan kasih sayang, Lawang dalam bahasa Jawa berarti pintu, dan Asih berarti kasih sayang, cinta, keberkahan, dan rahmat. Secara spiritual, Lawangsih mengangkat makna Maria sebagai pintu gerbang surga, berkat adanya pintu tersebut. Maria adalah perantara bagi Yesus yang telah menebus dosa manusia, dan menghidupkan yang kekal.
Corak arsitektur yang digunakan Goa Lawangsih menarik, penataan batu alam di kapel sisi barat menambah asri suasana. Bentuk alami batu karas tetap terjaga tanpa merubah dinding, itulah saran dari Pdt. YB. Arsitektur Mangunwijaya yang terkenal. Di belakang altar dihiasi beberapa lukisan yang menggambarkan Wayang Kerajaan Surga, lukisan rusa dengan rumput hijau yang ada di altar, dan di bagian belakang patung perawan Maria. Terpampang gambar lima roti dan dua ikan di atasnya, melambangkan ekspresi berbagi dan perwujudan iman.