Pasar Burung Jogja

Jika berkunjung ke pasar burung Jogja, rasanya tak ada duanya saat mengunjungi Keraton Yogyakarta. Pasar burung menawarkan peran pemikiran bergengsi. Dahulu kala, itu adalah kuda karena transportasi utama. Yang kedua adalah Crees sebagai senjata, dan yang ketiga adalah kelebihan permintaan burung di pasar sebagai ukuran status sosial. Pasar ini menawarkan berbagai jenis burung dengan penampilan dan suara yang memukau, selain bagi para pecinta burung.

Pasar burung Jogja mulai ada sejak tahun 1809, dan terletak tak jauh dari istana dimaksudkan untuk kemudahan aksesibilitas kaum bangsawan. Sekitar tahun 1960, pasar ini semakin mirip dengan pedagang burung dari Beringharjo yang pindah ke tempat sekarang. Banyak sekali wisatawan yang memilih pasar perdagangan burung ini, dan hal ini sudah tidak mengherankan lagi.

Pasar Burung memiliki arti yang berbeda dengan pasar burung lainnya. Di pasar burung ini pengunjung tidak hanya bisa menikmati manisnya burung saja, selain itu prinsip pertunjukannya pun dikomandani oleh para pecinta burung. Misalnya, pertunjukan tersebut menampilkan merpati terbang kembali ke kandang dan melawan jenis suara yang nyaring. Terkadang calon konsumen mempunyai kepentingan bersedia membayar berapapun nilainya. Umumnya penjual kereta api akan mengajari burung berkicau atau berbicara mengenai cara burung beternak.

Burung, ikan, dan ular, hewan peliharaan alternatif kelebihan permintaan kucing, anjing, ayam, dan kelinci dengan warna berbeda. Salah satu kios juga merupakan kelompok merkantilisme tikus dengan hewan peliharaan, dirancang sebagai arena bermain, dan konsumen akan menikmati perilaku seperti sirkus. Ada penjual jangkrik komersialisme, dan pasar burung menjual jangkrik, telur semut, cacing, dan yang didedikasikan untuk burung.

Indonesia Tourism: 
Wisata Yogyakarta